Hari | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Senin | 08:00:00 | 16:00:00 |
Selasa | 08:00:00 | 16:00:00 |
Rabu | 08:00:00 | 16:00:00 |
Kamis | 08:00:00 | 16:00:00 |
Jumat | 08:00:00 | 14:30:00 |
Sabtu | Libur | |
Minggu | Libur |

Website Resmi
Desa Krandegan
Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah
DWINANTO | 16 Agustus 2025 | 674 Kali dibuka

Artikel
DWINANTO
16 Agustus 2025
674 Kali dibuka
Pertengahan Agustus 1945, dunia sedang menyaksikan perubahan besar. Perang Dunia II yang berlangsung sejak 1939 hampir berakhir. Jepang, yang sejak tahun 1942 menduduki Indonesia, akhirnya berada di ambang kekalahan setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus). Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Kabar ini segera sampai ke Jakarta melalui siaran radio luar negeri yang disadap oleh para pemuda. Bagi mereka, inilah saat yang ditunggu-tunggu : kesempatan emas untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun, jalan menuju proklamasi tidak mulus, karena muncul perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda.
Golongan Tua (Soekarno, Hatta, Dr. Radjiman, dan tokoh PPKI lainnya) memilih sikap hati-hati. Mereka berpendapat proklamasi sebaiknya dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 agar tampak sah dan tidak menimbulkan konflik dengan Jepang.
Golongan Muda (Sutan Syahrir, Wikana, Chairul Saleh, Darwis, dkk.) menolak keras menunggu PPKI karena mereka menilai PPKI dibentuk oleh Jepang. Jika kemerdekaan diproklamasikan melalui PPKI, bangsa Indonesia bisa dicap “pemberian Jepang”, bukan hasil perjuangan sendiri.
Perdebatan ini semakin memanas pada malam 15 Agustus dan berlanjut hingga pagi 16 Agustus 1945 di Jakarta.
Ketegangan memuncak ketika pemuda merasa Soekarno-Hatta terlalu lambat mengambil keputusan. Pada pagi 16 Agustus, para pemuda mengambil langkah drastis dengan “menculik” Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Karawang.
Alasan pemindahan ini ada dua:
- Menjauhkan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang, karena pemuda curiga tentara Jepang akan menekan mereka agar menunda proklamasi.
- Mendesak agar proklamasi dilakukan segera, tanpa menunggu PPKI.
Soekarno dibawa bersama istrinya Fatmawati dan putra mereka yang masih bayi, Guntur Soekarnoputra. Perjalanan dilakukan dengan mobil, menembus sawah dan desa yang jauh dari pengawasan militer Jepang.
Di Jakarta, absennya Soekarno-Hatta menimbulkan kegelisahan. Ahmad Subardjo, seorang diplomat dan tokoh pergerakan yang memiliki hubungan baik dengan golongan muda, berusaha menjadi penengah. Ia berunding dengan Wikana dan kawan-kawan, dan akhirnya mencapai kesepakatan : proklamasi akan segera dilakukan di Jakarta, bukan di Rengasdengklok.
Ahmad Subardjo kemudian pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput kembali Soekarno-Hatta. Kepada para pemuda, ia memberikan jaminan bahwa proklamasi akan dilaksanakan paling lambat 17 Agustus 1945.
Menjelang malam, rombongan kembali ke Jakarta. Mereka langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang bersimpati kepada perjuangan Indonesia. Maeda menyediakan rumahnya di Jalan Imam Bonjol (sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi) sebagai tempat yang aman untuk merumuskan naskah proklamasi.
Di rumah Laksamana Maeda pada malam 16 Agustus hingga dini hari 17 Agustus, berlangsung pertemuan bersejarah. Hadir di sana Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo, serta sejumlah tokoh pemuda.
Soekarno merumuskan kalimat pembuka proklamasi. Hatta membantu menyusun bahasa agar tegas dan jelas. Ahmad Subardjo memberikan saran akhir.
Akhirnya lahirlah teks singkat berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Teks tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kecil atas permintaan Hatta.
Hari itu Jakarta benar-benar tegang. Tentara Jepang masih bersenjata lengkap, menjaga ketertiban, dan dilarang memberi tahu rakyat bahwa Jepang sudah menyerah.
Rakyat Jakarta mulai mendengar kabar bahwa Jepang kalah, tetapi berita itu masih simpang siur.
Para pemuda bergerak secara diam-diam, mengadakan rapat-rapat di asrama Menteng 31 untuk menyiapkan aksi mendesak proklamasi.
iBsa dibayangkan betapa Jakarta pada hari itu menjadi kota yang penuh intrik, ketegangan, dan ketidakpastian. Namun, di balik semua itu, sejarah sedang ditulis.
Sejarah mencatat 16 Agustus 1945 bukan hanya sebagai “sehari sebelum proklamasi”, tetapi juga sebagai hari penentuan arah bangsa. Tanpa Peristiwa Rengasdengklok dan keberanian para pemuda mendesak Soekarno-Hatta, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Hari itu mengajarkan bahwa kemerdekaan lahir dari perpaduan kebijaksanaan golongan tua dan semangat revolusioner golongan muda. Jakarta menjadi saksi bahwa sebuah bangsa besar tidak lahir tanpa ketegangan, kompromi, dan keberanian mengambil keputusan.
Pada 16 Agustus 1945, Jakarta berada di persimpangan sejarah. Di satu sisi ada ketakutan akan represi Jepang, di sisi lain ada desakan untuk segera merdeka. Malam itu, di rumah Laksamana Maeda, naskah proklamasi lahir — sebuah teks sederhana yang esok paginya mengguncang dunia.
Komentar Facebook
Statistik Desa

Populasi
1483

Populasi
1550

Populasi
0

Populasi
3033
1483
LAKI-LAKI
1550
PEREMPUAN
0
BELUM MENGISI
3033
TOTAL
Aparatur Desa

Kepala Desa
DWINANTO, S.E.

Sekretaris Desa
SYAMSUDIN, S.Pd.I

Kaur Tata Usaha dan Umum
SUYANTO

Kaur Keuangan
UTAMI HIKMAH

Kasi Pemerintahan
HENDRO TRIYANTORO, A.Md.

Kasi Kesejahteraan
SYAIFULLOH

Kaur Perencanaan
KARTIKA, A.Md.

Kadus I
KASMINTO

Kadus II
NGATIJO

Kadus III
MUSTANGIN

Kadus V
ARIYANI

Kadus VI
KUKUH WIDODO

Kasi Pelayanan
SISWANTO

Kadus IV
EKO BUDI SANTOSO, A.Md.

Kader Digital
HENDRO PRABOWO

Admin Desa
RAHAYU WIDAYANTI



Desa Krandegan
Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
Hubungi Perangkat Desa untuk mendapatkan PIN
Masuk
Arsip Artikel

26.760 Kali dibuka
Mengenal Lebih Dekat KH Thoifur Mawardi, Ulama Kharismatik Asal...

10.520 Kali dibuka
Dana Desa Tahun 2026 Direncanakan Turun, Terendah Sejak Tahun 2018...

10.346 Kali dibuka
Begini Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2025...

6.886 Kali dibuka
Organisasi Kades dan Perangkat Desa Desak DPR RI Sahkan Revisi...

6.234 Kali dibuka
Berikut Kisi- Kisi Permendes Nomor 10 Tahun 2025 Tentang Koperasi...

02 Oktober 2025
Minggu Depan, Himbara Siap Cairkan Pinjaman Kepada 1000 Koperasi...

01 Oktober 2025
Anugerah Pratama Bayan Jadi Bumdesma Pertama di Purworejo yang...

27 September 2025
Segini Penurunan Besaran Dana Desa Tahun 2026 Untuk Kabupaten...

26 September 2025
Sebagaimana Gembok Selalu Diciptakan Bersama Kuncinya, Maka Setiap...

25 September 2025
Segini Besaran Dana Desa Tahun 2026 di APBN yang Baru Disahkan DPR...
Agenda

Belum ada agenda terdata
Komentar
Statistik Pengunjung
Hari ini | : | 1.083 |
Kemarin | : | 3.490 |
Total | : | 442.407 |
Sistem Operasi | : | Unknown Platform |
IP Address | : | 216.73.216.35 |
Browser | : | Mozilla 5.0 |
Kirim Komentar